Arsitektur Transisi di Nusantara Dari Akhir Abad 19 ke Awal Abad 20 (Part 1)

Arsitektur-TransisiArsitektur transisi biasanya berlangsung sangat singkat, sehingga sering terlupakan dalam catatan sejarah (arsitektur). Meskipun demikian bentuk arsitektur transisi yang berlangsung cukup singkat tersebut sangat menarik untuk dipelajari, karena arsitektur transisi pada hakekatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah perkembangan arsitektur secara keseluruhan.

Bentuk arsitektur transisi yang dibahas kali ini adalah bentuk arsitektur di Hindia Belanda dari akhir abad 19 sampai awal abad ke 20. Dan yang menjadi obyek studi adalah arsitektur pada komplek militer Belanda di Jawa. Bentuk arsitektur ini sering lepas dari perhatian kita. Hal ini disebabkan karena dua hal. Yang pertama adalah minimnya dokumentasi waktu itu. Yang kedua dikarenakan waktunya sangat singkat sekali (antara 20 sampai 30 th). Tulisan ini akan membahas bentuk arsitektur peralihan tersebut.

Pendahuluan

Perubahan bentuk dan gaya dalam dunia arsitektur, sering didahului dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakatnya . Sigfried Gideon (1971:4) bahkan pernah mengatakan bahwa:  “In each period of transition, religion and social changes are behind the changes in architectural forms, as well as new inventions and the development of new techniques“.

Peralihan dari abad 19 ke abad 20 di Hindia Belanda  dipenuhi oleh banyak perubahan dalam masyarakatnya. Modernisasi dengan penemuan baru dalam bidang teknologi  dan perubahan sosial akibat dari kebijakan politik pemerintah kolonial waktu itu  juga mengakibatkan perubahan bentuk dan gaya dalam bidang arsitektur. Perubahan gaya arsitektur pada jaman transisi atau peralihan (antara th. 1890 sampai 1915), dari gaya arsitektur “Indische Empire” (abad 18 dan 19) menuju arsitektur “Kolonial Modern” (setelah th. 1915) sering terlupakan. Mungkin karena waktunya relatif singkat (1890-1915), maka sering dilupakan orang.

Hal yang  sama terjadi pada arsitektur di Indonesia setelah kemerdekaan, antara th. 1950 an sampai th. 1960 an, timbul bentuk atau gaya yang disebut sebagai “arsitektur jengki “, yang relatif kurang dikenal dalam perjalanan arsitektur Indonesia setelah kemerdekaan. Gaya arsitektur pada jaman transisi (th.1890-1915), sangat sedikit sekali terdokumentasi. Buku ‘Kromoblanda”  merupakan salah satu buku yang paling banyak mendokumentasikan arsitektur dari jaman peralihan (abad 19 ke 20) tersebut. Sedangkan pembahasan secara sekilas terdapat pada disertasi Dr. Charles Thomas Nix (1949), yang berjudul ” Bijdragen Tot Vormleer Van De Stedebouw In Het Bijzonder Voor Indonesia”  (Sumbangan Tentang Pengetahuan Bentuk Dalam Perancangan Kota Terutama di Indonesia). Nix (1949), bahkan menyebut gaya arsitektur transisi (1890-1915), itu sebagai jiplakan gaya arsitektur Romatiek di Eropa.

Tulisan ini mencoba untuk menggali kembali gaya arsitektur transisi (th. 1890-1915) tersebut, dengan memakai studi kasus bangunan perumahan perwira pada komplek militer di Jawa. Dipakainya bangunan dalam komplek militer di Jawa ini dengan alasan sbb:

  • Perumahan perwira militer (yang dipakai sebagai studi kasus) dibangun pada waktu yang bersamaan dengan berkembangnya arsitektur peralihan (antara th. 1890-1915an)
  • Jenis bangunan pada komplek militer biasanya merupakan bangunan prototype (yang didirikan pada hampir seluruh komplek tangsi militer besar seperti di Cimahi, Bandung, Malang, dsbnya.) di Jawa dan jumlahnya cukup banyak.
  • Bangunan tersebut sampai sekarang masih bisa kita jumpai dalam keadaan yang relatif utuh. Sedangkan bangunan swasta (yang dibangun pada jaman yang bersamaan) sekarang sudah banyak mengalami perubahan atau dihancurkan, baik oleh pemilik lama atau pemilik barunya.
Table-PERKEMBANGAN-ARSITEKTUR-KOLONIAL-BELANDA

Tabel Perkembangan Arsitektur Kolonial Belanda di Jawa dari Abad 17 Sampai Pertengahan Abad ke 20

Part 1 Part 2 Part 3 Part 4

5 comments on “Arsitektur Transisi di Nusantara Dari Akhir Abad 19 ke Awal Abad 20 (Part 1)

  1. Pingback: Arsitek Indonesia Menghadapi Dunia Profesi Internasional « Artvisualizer Blog

Leave a comment